Istilah berbaiksangka atau istilah internasionalnya positive thinking, dalam istilah islamnya adalah ḥusnu al-ẓann, merupakan anjuran dalam agama Islam. Istilah-istilah tersebut masing-masing memliki lawan kata berburuk sangka, negative thinking dan sū` al-ẓann.
Berbaiksangka sangat dianjurkan oleh Islam. Sikap ini merupakan modal utama dalam menjalin suatu hubungan atau hidup bermasyarakat. Hubungan antar individu, antar kelompok maupun individu dengan kelompok. Dari sikap ini akan lahir sebuah kepercayaan terhadap sesama. jadi, dalam sebuah kehidupan berbaik sangka adalah keharusan. sebuah sikap yang harus dimiliki oleh masing-masing insan.
Berbaiksangka adalah suatu keharusan, bahkan kewajiban. Jadi, bersikap sebaliknya adalah sikap yang tidak dianjurkan, tentunya tidak disukai Allah.
Logika keharusan berbaiksangka adalah
berikut ini.
Pertama, berprasangka dimulai dari apa yang kita lihat atau kita dengar. Sederhananya, berawal dari apa yang kita ketahui, baik itu secara langsung atau dari pihak lain.
Kedua, ketika kita mandapatkan informasi atau apa yang kita dapat dari indera kita, secara tidak sadar kita akan memikirkannya. Adakalanya berupa penilaian, komentar atau apapun. Namun, yang pertama kali adalah penilaian. Dari penilain akan memunculkan komentar dan lainnya.
Ketiga, penilaian dianggap valid, jika didasarkan pada fakta atau data. Namun, hasil dari penilaian itu masih berupa pendapat. Kita tidak bisa mengklaim itu adalah sesuatu yang harus diakui sebagai kebenaran. Penilan itu bersifat subyektif.
Keempat, berdasarkan fakta atau data yang sama, belum tentu pendapat orang lain sama dengan kita.
Kelima, untuk dapat menyatakan pendapat kita adalah benar, kita bisa meminta klarifikasi terhadap fakta atau data itu. Jika seseorang, maka bisa ditanyai langsung. Sedangkan jika yang lainnya, orangnya sudah tidak ada atau buku misalnya, kita bisa bertukar pendapat dengan orang lain. Hasilnya pun, belum bisa dibenarkan seratus persen. Pada saat atau tempat yang berbeda, mungkin akan ada pendapat lain yang sebaliknya, bahkan itu diakui kevalidannya.
Berangkat dari itu semua, proses yang panjang dan rumit, berburuksangka tidak dibolehkan. Berarti berbaiksangka adalah keharusan, jika belum atau tidak mendapatkan argumen atau bukti secara ilmiah untuk merubah statusnya, itu adalah tidak baik. Akhir dari berprasangka baik adalah mendapatkan kebenaran, bukan ketidakjelasan.
berbaik sangka mempersatukan bangsa
positive thinking adalah tentang saling
ḥusnu al-ẓann menebarkan senyuman
Berbaiksangka sangat dianjurkan oleh Islam. Sikap ini merupakan modal utama dalam menjalin suatu hubungan atau hidup bermasyarakat. Hubungan antar individu, antar kelompok maupun individu dengan kelompok. Dari sikap ini akan lahir sebuah kepercayaan terhadap sesama. jadi, dalam sebuah kehidupan berbaik sangka adalah keharusan. sebuah sikap yang harus dimiliki oleh masing-masing insan.
Berbaiksangka adalah suatu keharusan, bahkan kewajiban. Jadi, bersikap sebaliknya adalah sikap yang tidak dianjurkan, tentunya tidak disukai Allah.
Logika keharusan berbaiksangka adalah
berikut ini.
Pertama, berprasangka dimulai dari apa yang kita lihat atau kita dengar. Sederhananya, berawal dari apa yang kita ketahui, baik itu secara langsung atau dari pihak lain.
Kedua, ketika kita mandapatkan informasi atau apa yang kita dapat dari indera kita, secara tidak sadar kita akan memikirkannya. Adakalanya berupa penilaian, komentar atau apapun. Namun, yang pertama kali adalah penilaian. Dari penilain akan memunculkan komentar dan lainnya.
Ketiga, penilaian dianggap valid, jika didasarkan pada fakta atau data. Namun, hasil dari penilaian itu masih berupa pendapat. Kita tidak bisa mengklaim itu adalah sesuatu yang harus diakui sebagai kebenaran. Penilan itu bersifat subyektif.
Keempat, berdasarkan fakta atau data yang sama, belum tentu pendapat orang lain sama dengan kita.
Kelima, untuk dapat menyatakan pendapat kita adalah benar, kita bisa meminta klarifikasi terhadap fakta atau data itu. Jika seseorang, maka bisa ditanyai langsung. Sedangkan jika yang lainnya, orangnya sudah tidak ada atau buku misalnya, kita bisa bertukar pendapat dengan orang lain. Hasilnya pun, belum bisa dibenarkan seratus persen. Pada saat atau tempat yang berbeda, mungkin akan ada pendapat lain yang sebaliknya, bahkan itu diakui kevalidannya.
Berangkat dari itu semua, proses yang panjang dan rumit, berburuksangka tidak dibolehkan. Berarti berbaiksangka adalah keharusan, jika belum atau tidak mendapatkan argumen atau bukti secara ilmiah untuk merubah statusnya, itu adalah tidak baik. Akhir dari berprasangka baik adalah mendapatkan kebenaran, bukan ketidakjelasan.
berbaik sangka mempersatukan bangsa
positive thinking adalah tentang saling
ḥusnu al-ẓann menebarkan senyuman
Komentar
Posting Komentar